KAJIAN PUSTAKA : BALAKKA (Phyllanthus emblica L.) SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG TIDAK TERKELOLA DENGAN BAIK DI SUMATERA UTARA

Lanna Reni Gustianty

Abstract


Hasil Hutan Bukan Kayu potensial di hutan Indonesia diantaranya adalah balakka, yang tersebar
salah satunya di Propinsi Sumatera Utara. HHBK ini dikelola dengan tidak optimal dan tidak bijaksana.
Potensi balakka di Indoensia khususnya di Sumatera Utara belum banyak diketahui dan diperhatikan, baik
dari segi kandungan, budidaya, keragaman individu maupun manfaatnya. Pohon ini lebih digunakan
sebagai campuran bumbu masakan daerah khususnya ikan Mas atau ikan Jurung, yang dikenal dengan
nama holat. Sedangkan di India dan China sudah lama dikenal dan telah banyak dibudidayakan serta
dikembangkan. Faktor penghambat pembudidayaan balakka di Indonesia terutama di Sumatera Utara
antara lain adalah adanya degradasi lahan menjadi perkebunan rakyat yaitu untuk tanaman karet dan
kelapa sawit, dikhawatirkan balakka akan punah pada masa yang akan datang jika terjadi penebangan
secara terus-menerus terhadap pohon ini. Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya informasi
mengenai manfaat balakka. Manfaat balakka adalah dapat digunakan untuk beragam aplikasi dalam
perawatan kesehatan atau obat herbal, makanan dan minuman, kosmetik, industri, pewarnaan,
penyamakan, dll. Bagian yang digunakan untuk manfaat-manfaat tersebut adalah buah segar dan buah
kering, biji, daun, akar, kulit dan bunga. Oleh sebab itu pemanfaatan dan pengelolaan balakka pada masa
yang akan datang, khususnya di Sumatera Utara, perlu ditingkatkan melalui penelitian dan publikasi
balakka pada masyarakat luas.
Kata Kunci : Phyllanthus emblica L., Hasil Hutan Bukan Kayu, degradasi lahan.


Full Text:

PDF

References


Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (BPS Sumut). 2017. Luas Kawasan Hutan menurut Fungsinya tahun 2007-2016. BPS Sumut.

S. K. Bandyopadhyay, S. K., A. Chatterjee, and S. Chattopadhyay. 2011. “Biphasic effect of Phyllanthus emblica L. Extract on NSAID-induced ulcer: An antioxidative trail weaved with

immunomodulatory effect,” Evidencebased Complement. Altern. Med., vol. 2011.

Bakshi, P., Wali, V.K., Jasrotia, A., Bhushan, B., & Bakshi, M. 2016. Aonla Cultivation. Sher-e-Kashmir

University of Agricultural Sciences & Technology of Jammu.

Bhandari, P.R., and M.A. Kamdod. 2013. Emblica officinalis (Amla) : Areview of potential therapeutic application .International Journal of Green Farmacy. Vol. 6: 257-269.

Charoenteeraboon, J.; C. Ngamkitidechakul; N .Soonthornchareonnon; K. Jaijoy & S. Sireeratawong. 2010. Antioxidant Activies of The Standardized Water Extract from Fruit of Phyllanthus emblica Linn. Songklanakarin Journal of Science and Technology. Vol. 32(6): 599-604.

Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Dirjend Kebudayaan, Kemendikbud. 2017. Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indoensia Tahun 2017.

Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Dirjend Kebudayaan, Kemendikbud. Jakarta. 288Hal.Ersam,T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia Dalam Merekayasa Model Molekul Alami. Seminar Nasional Kimia VI,F-MIPA. ITS. Surabaya.

Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia Dalam Merekayasa Model Molekul Alami. Seminar Nasional Kimia VI,F-MIPA. ITS. Surabaya




DOI: https://doi.org/10.36294/pionir.v2i5.324

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.